A. SEJARAH
PERKEMBANGAN IPS SECARA UMUM
Ilmu
Pengetahuan Sosisal (IPS) adalah terjemahan dari Social Studies. Perkembanagan IPS dapat kita lihat melalui
sejarah Social Studies yang dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam
karya akademis dan dipublikasikian oleh National
Council for the Social Studies (NCSS) pada pertemuan organisasi tersebut
tahun 1935 sampai sekarang.
Definisi
tentang “Social Studies” yaitu
ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendididkan, kemudian
pengertian ini dibakukan “Social Studies”
meliputi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi,
antropologi, pisikologi, ilmu geografi, dan filsafat yang dalam praktiknya
dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di perguruan tinggi.
Dalam
pengertian awal “Social Studies” tersebut
diatas terkandung hal-hal sebagai berikut:
1. Social Studies merupakan
turunan dari ilmu-ilmu sosial
2. Disiplin
ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan atau pembelajaran, baik pada
tingkat sekolah maupun tingkat
pendidikan tinggi.
3. Aspek-asoek
dari masing-masing disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi sesuai dengan
tujuan tersebut.
Pada tahun 1940-1960
ditegaskan oleh Barr, dkk (1977:36) yaitu terjadinya tarik menarik antara dua
visi Social Studies. Di satu pihak,
adanya gerakan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk
tujuan citizenship education, yang terus
bergulir sampai mencapai tahap yang
lebih canggih. Di pihak lain, terus bergulirnya gerakan pemisahan sebagai disiplin
ilmu-ilmu sosial yang cenderung memperlemah konsepsi social studies education. Hal tersebut, merupakan dampak dari
berbagai penelitian yang dirancang untuk mempengaruhi kurikulum sekolah,
terutama yang berkenaan dengan pengertian dan sikap siswa.
Benyaknya
gerakan-gerakan yang muncul akibat dari tekanan yang cukup dahsyat untuk
mereformasi Social Studies. Mereka menganggap perlu adanya perubahan
pembelajaran Social Studies menjadi
pembelajaran yang berorientasi the
integrated, reflected inquiry, and problem centered (Barr, dkk.; 41-82) dan
memperkuat munculnya gerakan The new
Social Studies.
Atas pendapat para
pakar, akhirnya para sejarawan, ahli ilmu sosial, dan pendidikan sepakat untuk
melakukan reformasi Social Studies dengan
menggunakan cara yang berbeda dari sebelum pendekatan tersebut adalah dengan
melalui proses pengembangan kurikulum sekelompok pendidik, ahli psikologi, dan
ahli ilmu sosial secara bersama-sama mengembangkan bahan ajar berdasarkan temuan
penelitian dan teori belajar, kemudian diujicobakan di lapanagan, selanjutnya
direvisi, dan pada akhirnya disebarluaskan untuk digunakan secara luas dalam
dunia persekolahan.
Jika dilihat dari Visi
misi dan strateginya, Barr, dkk. (1978:1917) Social Studies telah dan dapat dikembangkan dalam tiga tradisi,
yaitu:
1.
Social
Studies Taught as citizenship Transmission
Merujuk pada suatu
modus pembelajaran sosial yang bertujuan untuk mengembangkan warga negara yang
baik sesuai dengan norma yang telah diterima secara baku dalam negaranya.
2.
Social
Studies Taught social Science
Merupakan modus
pembelajaran sosial yang juga mengembangkan karakter warga negara yang baik
yang ditandai oleh penguasaan tradisi yang menitik beratkan pada warga Negara
yang dapat mengatasi masalah-masalah sosial dan personal dengan menggunakan
visi dan cara ilmuan sosial.
3.
Social
Studies Taught as Reflective Inquiry
Merupakan modus
pembelajaran sosial yang menekankan pada hal yang sama yakni pengembangan warga
negara yang baik dengan kriteria yang berbeda yaitu dilihat dari kemampunnya
dalam mengambil keputusan’
Tahun
1992, the board of direction of the
national Council for the social studies mengadopsi visi ternaru mengenai Social Studies, yang kemudian
diterbitkan resmi oleh NCSS pada tahun 1994 denga judul Expectation of Excellence: Curriculum Standard for Social Studies. Sebagai
rambu-rambu dalam rangka mewujudkan
visi, misi, dan strategi baru Social
Studies, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Program Social Studies mempunyai tujuan pokok
yang ditegaskan kembali bahwa civic
competence bukanlah hanya menjadi tanggung jawab Social Studies.
2.
Program Social Studies dalam dunia pendidikan
persekolahan, mulai dari taman kanak-kanak sampai ke pendidikan menengah,
ditandai oleh keterpaduan “ …knowlwdge,
skill, and attitudes within and across disciplines (NCSS, 1994:3).
3.
Program Social Studies dititik beratkan pada
upaya membantu siswa dalam construct a
knowledge base and attitude drawn from academic discipline as specialized ways
of viewing reality (NCSS, 1994:4).
4.
Program Social Studies mencerminkan “ …the changing nature of knowledge,
fostering entirely new and highly integrated approaches to resolving issues of
significance to humanity” (NCSS, 1994:5).
B.SEJARAH
PERKEMBANGAN IPS DI INDONESIA
Istilah
IPS pertama kali muncul dalam seminar Nasional tentang Civic Education tahun
1972 di Tawangmagu Solo Jawa tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3
istilah dan digunakan secara tukar pakai, yaitu:
1.
Pengetahuan
sosial
2.
Studi sosial
3.
Ilmu Pengetahuan
Sosial
Konsep
IPS untuk pertamakalinya masuk ke dunia persekolahan pada tahun 1972-1973 dalam
Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam
kurikulum SD 8 tahun PPSP ini digunakan istilah “Pendidikkan Kewarganegaraan Negara/Studi
Sosial” sebagai mata pelajaran terpadu.
Sedangkan dalam Kurikulum Menengah 4 tahun,
digunakan istilah :
1.
Studi sosial
sebagai mata pelajaran inti untuk semua siswa dan sebagai bendera untuk
geografi, sejarah, dan ekonomi sebagai mata pelajaran mayor pada jurusan IPS
2.
Pendidikan
Kewargaan Negara sebagai mata pelajaran inti bagi semua jurusan
3.
Civics dan Hukum
sebagai mata pelajaran mayor pada jurusan IPS
Pada tahap
Kurikulum PPSP konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk, yaitu :
1.
Pendidikan IPS,
terintegrasi dengan nama Pendidikan Kewargaan Negara/Studi Sosial
2.
Pendidikan IPS
terpisah, istilah IPS digunakan sebagai konsep payung untuk sejarah, ekonomi,
dan geografi.
3.
Pendidikan Kewargaan
Negarasebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus.
Konsep pendidikan IPS tesebut lalu
member inspirasi terhadap kurikulum 1975 yang menampilkan 4 profil, yaitu :
1.
Pendidikan Moral
Pancasila sebagai pengganti Kewargaan Negara sebagai bentuk pendidikan IPS
khusus.
2.
Pendidikan IPS
terpadu untuk SD
3.
Pendidikan IPS
terkonfederasi untuk SNIP yang menempatkan IPS sebagai konsep payung untuk
sejarah, ekonomi kopersi, dan geografi.
4.
Pendidikan IPS
terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi, dan geografi
untuk SMA, atau sejarah geografi untuk SPG.
Konsep
IPS seperti itu dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang secara konseptual
merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 khususnya dalam aktualisasi materi
seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) sebagai
materi pokok PMP.
Dalam
Kurikulum 1984, PPKN sebagai mata pelajaran social khusus yang wajib diikuti
oleh semua siswa SD, SLTP, SMU. Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam:
1.
Pendidikan IPS
terpadu di SD kelas III-VI
2.
Pendidikan IPS
terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi.
3.
Pendidikan IPS
terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan Sejarah Umum di kelas I-II,
Ekonomi dan Geografi di kelas I-II, Sejarah Budaya di kelas III Program IPS.
Dimensi konseptual mengenai
pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam rangkaian pertemuan ilmiah,
yakni pertemuan HISPISI pertama di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi
Pimpinan HIPS di Yogyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang
tahun 1993, Konvrensi Pendidikan kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda
pembahasan ialah mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan di Ujung Pandang, M.
Numan Soemantri, pakar sekaligus ketua HISPISI menegaskan adanya dua versi PIPS
sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu:
a.
Versi PIPS untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah
PIPS adalah penyederhanaan,
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagosis/psikologis
untuk tujuan pendidikan.
b.
Versi PIPS untuk
Jurusan Pendidikan IPS-IKIP
PIPS adalah seleksi dari didiplin
ilmu-ilmu social dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir
dan disajikan secara ilmiah dan pedagosis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
PIPS
untuk tingkat perguruan tinggi Pendidikan Guru IPS dirkonseptualisasikan segabagai disiplin ilmu, sehingga menjadi
Pendidikan Disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial (PDIPS)
Bertitik
tolak dari pemikiran mengenai kedudukan koseptual PDIPS, dapat diidentifikasi
sekolah objek telaah dari system pendidikan IPS, yaitu:
1. Karakteristik
potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMU.
2. Karakteristik
potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP/FKIP.
3. Kurikulum
dan bahan ajar IPS SD, SLTP, dan SMU.
4. Disiplin
ilmu-ilmu social, humaniora dan disiplin lain yang relevan.
5. Teori,
prinsip, strategi, media, serta evaluasi pembelajaran IPS.
6. Masalah-masalah
sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak social.
7. Norma
agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme.
sumber : http://mahasiswautkelash.blogspot.com/2013/04/sejarah-perkembangan-ips.html





0 komentar:
Posting Komentar
wanna give your precious comment? :)