ETNISITAS DALAM PENGEMBANGAN ATAU PEMBANGUNAN NATION AND CHARACTER BUILDING INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPS SD I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapatmenyelesaikan penyusunan makalah yang bertema “ETNISITAS DALAM PENGEMBANGAN ATAU PEMBANGUNAN NATION AND CHARACTER BUILDING INDONESIA”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah IPS SD I Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah “Etnisitas dalam Pengembangan atau Pembangunan Nation and Character Building Indonesia” merupakan makalah yang kami ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah IPS SD 1.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaanya selalu mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etiknya, sedangkan Character Building sendiri adalah modal dasar untuk membangun bangsa. Tanpa sumber daya manusia yang memiliki karakter yang kuat dan berkualitas, bangsa ini akan tetap hancur dan bobrok. Tak mungkin kita menyerahkan kepemimpinan negeri ini kepada yang memiliki karakter bejat dan tak bermoral. Dalam konteks yang luas, masalah character building masih merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua masalah di negeri ini : korupsi, lemahnya penegakan hukum dan HAM, konflik agama dan suku, disintegrasi bangsa, kekerasan dan terorisme, kemiskinan dan pengangguran, kasus kejahatan dan masih banyak lagi adalah lahir dari tidak adanya watak yang jelas dan kokoh dalam diri kita.
Ancaman konflik suku harus dapat serius kita waspadai. Konflik berkepanjangan antar-suku dapat merusak sendi-sendi kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ancaman konflik kini sedang menerpa kehidupan kita dan bila kita lengah, peristiwa kelam masa lalu dapat terulang dan bukan tidak mungkin dapat lebih besar dan lebih luas di seantero negeri ini.
B. Rumusan Masalah
Masalah etisitas khususnya konflik antar suku merupakan salah satu penyebab kelemahan character building atau pembangunan karakter di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka pembangunan karakter bangsa tidak akan berhasil.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang di ambil dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana peran character building terhadap pembangunan nasional di Indonesia?
2. Seperti apakah keberadaan suku-suku di Indonesia?
3. Bagaimana masalah dan cara menyelesaikan perpecahan antar suku di Indonesia?
Ketiga permasalahan tersebut akan dibahas pada bab II dan dari pembahasan tersebut disimpulkan pada bab III.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1). Memahami peran character building terhadap pembangunan nasional di Indonesia.
2). Mengetahui keanekaragaman suku di Indonesia di Indonesia .
3).Mengetahui masalah serta solusi untuk menyelesaikan perpecahan antar suku di
Indonesia
2. Manfaat
Makalah ini akan sangat bermanfaat bagi pemerhati perkembangan karakter bangsa Indonesia sehingga dapat mengupayakan pembangunan karakter yang sesuai dengan tujuan utama, yaitu bukan hanya pembangunan fisik tapi juga mental serta rohani agar tidak ada permusuhan diantara anggota masyarakat, baik karena perbedaan maupun perselisihan.
D. Prosedur Pemecahan Masalah
Masalah yang telah dikemukakan di atas akan diselesaikan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan teori dan praktis, secara teori akan menggunakan kajian-kajian pustaka yang relevan, hasil-hasil penelitian, dan makalah, sedangkan secara praktis dengan menggunakan data-data yang tersedia di lapangan.
E. Sistematika Penulisan
Berangkat dari permasalahan yang ada maka sistematika penulisan dalam makalah ini adalah:
A. Kaitan Character Building dengan nation building
1. Personal Character Building
2. Community Character Building
3. Nation Character Building
B. Keanekaragaman Suku di Indonesia
C. Perpecahan Suku di Indonesia dan Cara Menangani Konflik Suku di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etnisitas adalah pembagian kelompok berdasar ciri-ciri yang sama dalam hal budaya
dan genetis serta bertindak berdasarkan pattern yang sama.
Pada dasarnya suatu kelompok etnis mempunyais sedikitnya enam sifat sbb.:
1.Mempunyai nama yang unik yang merujuk pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya Nasution, Saragih, Sitorus (Batak). Atau Pardi, Paimo, Parjo (Jawa).
2.Mempunyai keyakinan akan asal-asul nenek moyang, meski hal itu bisa jadi mitos. Misal orang Jawa merasa keturunan dari Semar.
3.Sebuah kelompok mempunyai ingatan historis yang sama. Misalnya Orang Sunda merasa tidak cocok dengan orang Jawa karena dahulu Kerajaan Majapahit (jawa) pernah terlibat bentrok dengan kerajaan Padjajaran (Sunda).
4.Sebuah Kelompok mempunyai anasir budaya-agama yang sama. Meski orang Jawa timur dan Jawa tengah berdeda dialek, tapi umumnya mereka islam dan dulunya menggunakan akasara yang sama (aksara jawa).
5.Sebuah Kelompok mempunyai ikatan pada tanah leluhur. Meski, mereka lahir dan besar di tempat lain. Misalnya orang batak yang lahir dan besar di Jakarta, merasa harus pulang kampung ke Tanah Toba karna merasa itulah tanah leluluhurnya.
6.Memiliki ikatan solidaritas yang kuat antar anggota kelompok. Misalnya orang tukang jamu dari Wonogiri (jawa) biasanya mereka saling membantu meski pekerjaan mereka sama-sama tukang jamu. Mereka akan saling berbagi dan saling tolong-menolong sebagai sesama tukang jamu dan sesama warga Wonogiri.
Dalam beberapa hal, masalah pekerjaan kadangkala juga merujuk pada identitas etnisitas tertentu. Misalnya, tukang kredit keliling di Jakarta umumnya orang Garut atau Batak
definisi pembangunan menurut beberapa ahli :
1.Johan Galtung
Pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individuao maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam.
2.Mappadjantji amien
Pembangunan adalah proses yang bersifat evolutif, adaptif, dan partisipatif
3.Jakob Oetama
Pembangunan adalah usaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses pembangunan terdapat unsur heroisme, unsur konflik, unsur frustasi, unsur romantik, dan unsur manusiawi yang mendalam.
4.Mohammad Ali
Pembangunan adalah segala upaya yang dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas manusia.
5.Goulet
Pembangunan adalah sebuah skandal, suatu campuran yang sangat mendua dari baik dan jahat, suatu proses yang benar-benar dialektis.
6.Benny H.Hoed
Pembangunan adalah upaya sistematis melepaskan diri dari keterbelakangan dan upaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
7.The quest for political development
Pembangunan ialah suatu lingkaran yang tidak berkeputusan, tanpa sepadan yang jelas diantara lembaran budaya, sosial, ekonomi, dan politik.
8.A. Sonny keraf
Pembangunan adalah implementasi aspirasi dan kehendak masyarakat demi kepentingan masyarakat.
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ini menghendaki keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Hal ini perlu dillaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmurt berdasarkan pancasila untuk mecapai kesejahteraan bagi setiap warga Indonesia.. pembangunaan harus dilaksanakan oleh pemerintah indonesia pada saat ini meliputi berbagai bidang, yaitu :bidang politik,ekonomi,sosial budaya,dan pertahanan keamanan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kaitan Character Building dengan Nation Building
Character Building merupakan modal dasar nation building. character building yang dimaksud di sini tidak sekedar seperti apa yang diajarkan di sekolah maupun kampus saja, tapi meliputi berbagai aspek kehidupan dan berbagai elemen masyarakat yang ada.
pendidikan character building dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Personal Character Building
Pembangunan karakter ini bersifat individu, yaitu berbagai nilai dan perilaku yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang dan menjadi ciri khas kepribadiannya. Elemen-elemen karakter individu ini meliputi:
a. Keimanan/keyakinan
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh karena itu, setiap warga negara seharusnya memiliki keimanan yang kuat dan mau menjalankan perintah agamanya masing-masing secara baik dan konsisten. Orang yang beriman akan selalu takut kepada Tuhan dan berusaha untuk berbuat baik kepada sesama. Ia tidak akan mau melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat murka Tuhan maupun yang merugikan orang lain.
Oleh karena itu, pendidikan agama sangatlah penting. Sekalipun demikian, masih banyak para orang tua yang menyerahkan pendidikan agama anak-anaknya ke sekolah, pesantren, masjid atau lembaga pendidikan lainnya. Padahal, penanaman nilai-nilai keimanan dan pokok-pokok agama harus diterapkan sejak dini di dalam keluarga. Orang tua memegang peran dan tanggung jawab utama dalam hal ini.
Kita lihat saja, terutama di sekolah-sekolah umum, persentase pendidikan agama kecil sekali, bahkan hanya dua jam pelajaran dalam seminggu. Itupun lebih cenderung bersifat kognitif semata. Selain itu, jika orang tua tidak berhati-hati, tak jarang anaknya belajar agama secara salah dan masuk dalam perangkap ajaran sesat.
Peranan agama dalam pendidikan karakter individu sangatlah besar. Beragama secara baik akan membuahkan perilaku yang baik pula. Keimanan akan dijadikan dasar dalam setiap langkah dan perbuatan. Penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk karakter individu dalam berbagai aspek. Inilah dasar pokok yang harus dimiliki oleh setiap orang di negeri ini.
Jika setiap orang telah memiliki iman yang kuat dan pengamalan ajaran agama secara baik, ia tidak mungkin akan melakukan perbuatan-perbuatan seperti menyakiti orang lain, menyebar isu, memprovokasi dan memfitnah, ikut ajaran sesat, korupsi dan mencuri, malas bekerja, tidak toleran, berbuat jahat dan lain sebagainya.
b. Kejujuran
Setelah keimanan, elemen berikutnya yang tak kalah pentingnya adalah nilai kejujuran, yang merupakan representasi dari keimanan itu sendiri. Di zaman sekarang ini, mungkin kejujuran adalah barang langka. Banyak sekali orang yang pintar, tapi sangat sedikit orang yang jujur. Mudah sekali menemukan orang yang pintar, tapi sangat sulit menemukan orang yang jujur. Walau pada kenyataannya masih cukup banyak orang jujur di Indonesia ini, tapi mereka tak berdaya menghadapi kelompok kecil manusia yang korup dan punya kekuasaan.
Kita seharusnya malu menjadi bangsa yang suka mengklaim sebagai negara yang penduduknya agamis, sementara para praktik kehidupan sehari-hari kita tidak memiliki kejujuran. Di satu sisi kita mengaku beriman, kita melaksanakan shalat, tapi di sisi lain kita juga melakukan korupsi, menipu, berbohong, bersumpah palsu, merekayasa dan sejenisnya. Seakan-akan agama hanyalah simbol semata, seakan-akan shalatnya hanyalah pura-pura belaka.
Orang rela berkata dan berbuat tidak jujur hanya demi meraih kekuasaan dan kekayaan. Orang rela berbohong dan bersumpah palsu demi terbebas dari jeratan hukum dan pengadilan. Orang bersedia merekayasa fakta dan data demi tercapainya kepentingan pribadi dan golongan.
Di abad informasi seperti sekarang ini, kejujuran dalam hal berita dan tulisan juga sangat penting. Masih banyak kita temui informasi yang menyesatkan, berita yang membingungkan dan tidak jelas, berita yang tidak jujur dan fair. Bahkan, tak jarang penulis yang berbuat curang dan culas demi sebuah ketenaran, seperti plagiat, menjiplak, atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya sendiri.
Satu-satunya cara untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran pada individu adalah memberikan pemahaman agama yang baik dan benar. Orang yang takut pada Tuhan, otomatis takut juga untuk berbuat tidak jujur. Orang yang percaya pada hari akhirat, ia juga percaya bahwa setiap perbuatan – sekecil apapun – akan mendapatkan balasan setimpal. Orang yang beriman akan yakin bahwa setiap ketidakjujuran, akibatnya akan kembali pada diri sendiri.
c. Kerja Keras
Setelah keimanan dan kejujuran, elemen penting dari karakter pribadi yang perlu dibangun adalah kerja keras. Inilah karakter yang mulai menurun pada bangsa ini, terlebih yang terjadi pada para pejabat dan pegawai. Sebagian dari mereka memilih “kerja pintas” untuk meraih kesuksesan dan kekayaan. Inilah yang membuat mereka melakukan korupsi, penyelengan dan penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, rekayasa dan semacamnya. Mereka lupa bahwa untuk memperoleh sesuatu harus melalui kerja keras dan perjuangan. Tidak ada yang instan di dunia ini.
Selain itu, tidak adanya karakter kerja keras juga menimpa rakyat jelata kita. Mereka tetap dalam kemiskinan, mereka tetap dalam kebodohan, mereka tetap terbelakang, karena mereka tidak mau berusaha mengubah hidup mereka. Akibatnya, kondisi itu merangsang mereka untuk berbuat kejahatan, seperti mencuri, merampok, menjarah, membunuh, menjadi gelandangan, menjadi pengemis, menjadi pekerja seks dan penyakit sosial lainnya. Bagaimana mungkin mereka akan andil dalam pembangunan bangsa, sementara memenuhi kebutuhan primer saja mereka belum mampu.
d. Kemandirian
Kemandirian juga termasuk karakter individu yang penting untuk membangun bangsa. Karakter ini seharunya dibentuk sejak kecil dan dimulai dari keluarga. Mulai dari hal-hal sepele, seperti mencuci pakaian sendiri, menyiapkan kebutuhan sekolah sendiri, hingga perilaku kreatif, seperti kemampuan mencipta atau membuat barang/produk, berlatih mencari penghasilan sendiri dan sebagainya.
Begitu pula dengan kondisi lapangan kerja yang sulit seperti sekarang ini, maka seseorang dituntut untuk bisa mandiri, dalam arti mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Tidak hanya mengharap pada pemerintah untuk membuka lapangan kerja atau malah pasrah dengan keadaan.
Sedangkan secara nasional, kemandirian dapat diartikan kemampuan negara untuk berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada negara lain. Jika hal ini bisa dilakukan, tidak akan ada lagi istilah hutang ke IMF, hutang ke Bank Dunia atau hutang yang diwariskan ke anak-cucu generasi bangsa.
2. Community Character Building
Kita hidup dalam masyarakat (komunitas) yang heterogen. Berbeda agama, suku bangsa, bahasa, adat-istiadat, budaya, pendidikan, sejarah dan sebagainya. Agar kehidupan bisa berjalan dengan baik dan rukun, maka setiap kelompok atau golongan harus memiliki karakter sebagai berikut:
a. Saling Menghormati dan Menghargai
Inilah karakter penting yang harus ditumbuhkembangkan dalam masyarakat yang plural. Timbulnya berbagai konflik dan gesekan biasanya berakar dari tiadanya sikap saling hormat-menghormati dan menghargai antarkelompok dan golongan yang ada. Hindari juga sikap fanatisme golongan, merasa paling baik, merasa lebih tinggi dari yang lain, merasa mayoritas dan berbagai sikap lainnya yang bisa memicu pertentangan.
b. Sikap Toleransi
Ini juga termasuk karakter yang mulai pudar dalam masyarakat kita. Sebagian dari kita tidak menyadari bahwa kita hidup dalam masyarakat yang majemuk. Masing-masing kelompok dan golongan tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Kita tidak boleh memaksakan keinginan dan kehendak kita kepada kelompok lainnya. Wujud dari sikap toleransi adalah kita memberikan kebebasan kepada orang atau golongan lain untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka, serta memberi ruang kepada etnik lain untuk melakukan ritual budaya dan tradisi leluhur mereka . Kasus penutupan atau penyerangan gereja, bentrokan fisik dengan warga Ahmadiyah adalah contoh tidak adanya sikap toleransi dalam masyarakat kita.
c. Saling Bekerjasama dan Tolong-Menolong
Untuk mencapai tujuan bersama, diperlukan kerjasama dan tolong-menolong antarkelompok masyarakat yang ada. Kita tidak mungkin meraih kesejahteraan dan kemakmuran jika harus berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing kelompok memiliki kelebihan dan kekurangannya. Untuk itulah, semua potensi yang ada perlu disatu-padukan agar terbentuk kekuatan baru dalam pembangunan.
Jika ketiga karakter bermasyarakat di atas bisa terlaksana dengan baik, maka akan terwujud sebuah masyarakat yang damai, tenang, aman, adil dan rukun.
3. Nation Character Building
Setelah setiap orang memiliki karakter individu seperti telah diuraikan di atas, demikian halnya setiap kelompok yang ada dalam masyarakat juga telah menunjukkan karakter komunitasnya, maka tidaklah sulit untuk mewujudkan pendidikan karakter bangsa (nation character building). Maka selanjutnya, secara nasional, karakter yang harus dibangun adalah:
a. Jiwa Persatuan dan Kesatuan
Indonesia terdiri dari berbagai agama, suku bangsa, bahasa, adat-istiadat dan budaya. Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan bangsa perlu dijaga dan dilestarikan. Setiap elemen bangsa perlu menyadari arti pentingnya Bhinneka Tunggal Ika, termasuk menjalankan isi Sumpah Pemuda dalam kehidupan berbanga dan bernegara. Kita lebih mengedepankan semangat keindonesiaan daripada semangat kelompok atau golongan.
Jika kita bersatu, maka kita akan kuat dan kokoh. Jika kita bersatu, maka berbagai permasalahan bangsa akan dengan mudah diatasi. Tidak akan ada lagi perpecahan dan permusuhan, tidak ada lagi separatisme atau yang hendak merdeka dan mendirikan negara sendiri. Konflik di Maluku dan Papua akhir-akhir ini menunjukkan bahwa jiwa persatuan dan kesatuan kita belumlah tertanam dengan baik dan menjadi karakter setiap elemen bangsa.
b. Merasa Senasib dan Sepenanggungan
Pengalaman dijajah oleh beberapa bangsa Eropa dan Asia Timur, membuat kita merasa senasib dan sepenanggungan. Kita adalah bersaudara. Untuk itu, kita perlu bahu-membahu dan berjuang demi tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia dan demi terlaksananya pembangunan nasional yang berkelanjutan.
B. Keanekaragaman Suku di Indonesia
Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Tentunya banyak sekali perbedaan yang ada. Ada yang berbeda warna kulit, bentuk fisik, dan budayanya. Perbedaan jangan dipermasalahkan. Justru dengan adanya perbedaan tersebut, kita jadikan suatu kekayaan sehingga tercipta suasana yang aman, tenteram, dan harmonis. Sikap menghormati adalah sikap menghargai dan mengakui keberadaan harkat dan martabat manusia meski berbeda-beda suku bangsa. “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat pada pita Burung Garuda Pancasila lambang Negara Indonesia mengandung arti “Berbeda-beda, tetapi tetap satu jua.” Ada juga semboyan yang menyatakan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Makna dari semboyan tersebut adalah supaya kita bersatu padu menghalau semua ancaman yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa kita. Dalam sejarah, bangsa kita telah berhasil mengusir penjajah dari bumi Nusantara karena adanya persatuan dan kesatuan para pemuda dari seluruh Nusantara.
Contoh sikap menghormati, di antaranya tidak merendahkan suku bangsa lain, menghargai suku bangsa lain, dan mengakui keberadaan suku bangsa lain, serta tidak mengusik perbedaan antarsuku bangsa. Manfaat sikap menghormati antarsuku bangsa adalah sebagai berikut. 1. Tercipta kehidupan yang rukun dan damai. 2. Merasa aman tinggal di negara Indonesia. 3. Rasa persatuan dan kesatuan meningkat. 4. Tidak mudah terpecah belah oleh pihak lain. Akibat tidak menghormati antarsuku bangsa adalah sebagai berikut. 1. Tidak ada keamanan dan kedamaian. 2. Timbul perpecahan dan permusuhan. 3. Tidak ada persatuan dan kesatuan. 4. Mudah terpecah belah. Dengan kita saling menghormati suku bangsa lain, maka kita dapat hidup damai, tenteram secara berdampingan tanpa mempersoalkan perbedaan dari mana kita berasal.
Keanekaragaman suku bangsa tentu juga menjadikan beranekaragamnya budaya yang ada. Setiap suku bangsa memiliki budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Keragaman suku bangsa yang kita miliki merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya dan dapat memperkokoh persatuan bangsa. Hal ini merupakan kekuatan untuk membangun bangsa menjadi bangsa yang besar. Kita tidak boleh membeda-bedakan suku bangsa yang dapat mengakibatkan perselisihan dan kekacauan bangsa kita.
Bentuk keragaman budaya di Indonesia, di antaranya sebagai berikut:
1. Bahasa Daerah Setiap suku bangsa, memiliki bahasa sendiri. Contoh: bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, bahasa Bali, dan bahasa Banjar.
2. Adat Istiadat Adat istiadat meliputi tata cara dalam upacara perkawinan, upacara keagamaan, kematian, kebiasaan, dan pakaian adat.
3. Kesenian Daerah Kesenian daerah, meliputi seni tari, rumah adat, lagu daerah, seni musik dan alat musik daerah, cerita rakyat, serta seni pertunjukan daerah.
4. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan meliputi sebagai berikut:
1) Sistem keturunan menurut garis ayah (patrilineal), di antaranya Batak, Bali, dan Papua.
2) Sistem keturunan menurut garis ibu (matrilineal), di antaranya suku Minangkabau.
3) Sistem keturunan menurut garis ayah dan ibu (bilateral).
C. Perpecahan Suku di Indonesia dan Cara Menangani nya
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beribu banyak suku yang setiap waktu melakukan mobilitas untuk bertahan hidup dalam kehidupan sesungguhnya. Dari banyaknya keragaman etnis atau suku di indonesia ini tak jarang dan sering kali terjadi konflik antar suku, baik dari perbedaan budaya, dan bahkan kebiasaan sehari hari antar suku tersebut yang sering kali di salah artikan suku lain dan kurang menghormati budaya suku lain yang sering kali memicu terjadinya konflik.
Pemicu dari konflik yang disebabkan perbedaan budaya tersebut contohnya yang terjadi beberapa tahun silam di daerah kalimantan, terutama Kalimantan Tengah . konflik ini menyebabkan dari kedua suku yaitu Suku Dayak Kalimantan dan Suku Madura. Hal ini menurut isu yang beredar disebabkan karena ketidak sepahaman antar suku sehingga menimbulkan konflik yang berdampak kisah tragis di dalamnya. Banyak ribuan nyawa tidak berdosa harus menanggung akibat dari ketidaksepahaman ini. Masing-masing Suku dalam penggunaan budaya tersebut adalah untuk menginterpretasi dari gejala-gejala yang ada dalam benak mereka sendiri, dan mereka menggunakan kebudayaan tersebut sebagai atribut untuk identitas diri mereka yang berbeda satu dengan yang lainya.
Konflik antar suku antara Suku Dayak dengan Suku Madura ini dilatar belakangi oleh kesalah pahaman dan juga ketidak harmonisan antar suku yang di timbulkan oleh salah satu suku yang mempunyai keinginan untuk saling menguasai tanpa memperdulikan dan tidak menghargai kebudayaan suku lain. Terjadinya tindakan yang merugikan salah satu suku sehingga suku yang dirugikan juga tidak terima atas perlakuan Suku lain yang merugikan dan ingin menjajah tanah kelahiran suku mereka. Disini Suku yang merasa di rugikan adalah suku dayak, suku madura yang sebagai pendatang bertindak anarkis dan bersifat ingin menguasai tanah suku dayak, banyak sekali pelanggaran pelanggaran yang di langgar oleh suku madura terhadap suku dayak. Ketidak adilan, tidak menghargai budaya suku dayak dan ingin menjajah. Suku dayak yang tidak terima atas pelakuan suku madura menjadi geram dan bertindak untuk melawan, darisinilah timbul perpecahan dan konflik antar suku berlangsung.
Pemerintah perlu memberikan suatu pemahaman terhadap kedua belah pihak yang terlibat konflik dengan cara memberikan pengakuan dan pemahaman bahwa mereka kedua belah pihak yang berseteru tersebut adalah suatu suku bangsa yang sederajat, memberikan pemahaman untuk membuat suatu suku bangsa untuk saling memahami dan berupaya untuk mentaati norma norma yang berlaku dikalangan masyarakat. Mengadakan kesediaan bagi kedua belah pihak yang berseteru untuk saling memaafkan, melupakan kejadian yang sudah berlalu dan hidup berdampingan dengan keharmonisan dengan landasan sebagai bangsa yang satu, yaitu sebagai bangsa Indonesia.
Selain solusi diatas, Ada beberapa cara lagi yang dapat dilakukan untuk penyelesaian konflik tersebut, yaitu :
1. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga dalam
hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak dengan memberikan sanksi yang tegas apabila. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal.
2. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat.
3. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama..
4. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur .
5. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan dengan mengutamakan sisi keadilan dan tidak memihak kepada siapapun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembangunan merupakan usaha sadar yang perlu dilakukan untuk mengubah nasib.
2. Pembangunan yang di laksanakan di indonesia itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah atau kepuasan batiniah saja tetapi juga bertujuan mencapai keseimbangan antara keduanya. Sasaran pembangunan itu bukan saja pembangunan fisik, seperti jembatan, jalan, gedung, pabrik, atau pertanian melainkan juga pembangunan mental spritual, moral. Kehidupan beragama, dll.Sasarannya ialah juga menghormati orang lain, suka menolong, bekerja keras, menghargai karya prang lain, dan cinta kepada kemajuan merupakan sarana untukmencapai kehidupan rakyat indonesia yang adil dan makmur.
3. Dalam konteks yang luas, masalah character building masih merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua masalah di negeri ini; korupsi, lemahnya penegakan hukum dan HAM, konflik agama dan suku, disintegrasi bangsa, kekerasan dan terorisme, kemiskinan dan pengangguran, kasus kejahatan dan masih banyak lagi adalah lahir dari tidak adanya watak yang jelas dan kokoh dalam diri kita.
4. Etnisitas adalah pembagian kelompok berdasar ciri-ciri yang sama dalam halbudaya dan genetis serta bertindak berdasarkan pattern yang sama.
5. keragaman etnis atau suku di indonesia tak jarang dan sering kali menyebabkan konflik antar suku, baik dari perbedaan budaya, dan bahkan kebiasaan sehari hari antar suku tersebut yang sering kali di salah artikan suku lain dan kurang menghormati budaya suku lain yang sering kali memicu terjadinya konflik.
6. Upaya menaggulangi konflik antar sukubangsa dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembenahan pada aspek individu pihak-pihak yang terlibat konflik melalui pemberian pemahaman dan pembinaan mental secara konsisten dan berkesinambungan. Hal ini bisa menimbulkan efek persatuan antar suku bangsa dan mengurangi terjadinya konflik antar suku bangsa di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah dasim. 1994. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.Bandung: CV.EpsilonGrup Bandung
Komaludin Djenal. 1987. Pendidikan Moral Pancasila.Bandung: Angkasa
Sukadi. 2003. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Ganeca Exact
http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2248406-pengertian-etnisitas/
http://setabasri01.blogspot.com/2012/06/konflik-konflik-horizontal-di-indonesia.html
http://www.nu.or.id/a,publicm,dinamics,detailids,6id,38282lang,idc,taushiyah,Islam+Sebagai+Sarana+Character+Building-.phpx
http://paramadina.wordpress.com/2007/03/04/character-building-dan-pendidikan-kita/
http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/05/upaya-membangun-karakter-character-building/
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPS SD I
Disusun Oleh:
Nama Nim
Aprida Sawitri 06 316 1111 040
Ayu Lestari Saputri 06 316 1111 035
Desty Rahmawati 06 316 1111 007
Elyu Prastika 06 316 1111 027
Hulud Hilaludin 06 316 1111 036
Nurvi Laelasari 06 316 1111 041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (A)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2011/2012
Nama Nim
Aprida Sawitri 06 316 1111 040
Ayu Lestari Saputri 06 316 1111 035
Desty Rahmawati 06 316 1111 007
Elyu Prastika 06 316 1111 027
Hulud Hilaludin 06 316 1111 036
Nurvi Laelasari 06 316 1111 041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (A)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapatmenyelesaikan penyusunan makalah yang bertema “ETNISITAS DALAM PENGEMBANGAN ATAU PEMBANGUNAN NATION AND CHARACTER BUILDING INDONESIA”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah IPS SD I Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih.
Sukabumi, Oktober 2012
Penyusun
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah “Etnisitas dalam Pengembangan atau Pembangunan Nation and Character Building Indonesia” merupakan makalah yang kami ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah IPS SD 1.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaanya selalu mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etiknya, sedangkan Character Building sendiri adalah modal dasar untuk membangun bangsa. Tanpa sumber daya manusia yang memiliki karakter yang kuat dan berkualitas, bangsa ini akan tetap hancur dan bobrok. Tak mungkin kita menyerahkan kepemimpinan negeri ini kepada yang memiliki karakter bejat dan tak bermoral. Dalam konteks yang luas, masalah character building masih merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua masalah di negeri ini : korupsi, lemahnya penegakan hukum dan HAM, konflik agama dan suku, disintegrasi bangsa, kekerasan dan terorisme, kemiskinan dan pengangguran, kasus kejahatan dan masih banyak lagi adalah lahir dari tidak adanya watak yang jelas dan kokoh dalam diri kita.
Ancaman konflik suku harus dapat serius kita waspadai. Konflik berkepanjangan antar-suku dapat merusak sendi-sendi kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ancaman konflik kini sedang menerpa kehidupan kita dan bila kita lengah, peristiwa kelam masa lalu dapat terulang dan bukan tidak mungkin dapat lebih besar dan lebih luas di seantero negeri ini.
B. Rumusan Masalah
Masalah etisitas khususnya konflik antar suku merupakan salah satu penyebab kelemahan character building atau pembangunan karakter di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka pembangunan karakter bangsa tidak akan berhasil.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang di ambil dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana peran character building terhadap pembangunan nasional di Indonesia?
2. Seperti apakah keberadaan suku-suku di Indonesia?
3. Bagaimana masalah dan cara menyelesaikan perpecahan antar suku di Indonesia?
Ketiga permasalahan tersebut akan dibahas pada bab II dan dari pembahasan tersebut disimpulkan pada bab III.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1). Memahami peran character building terhadap pembangunan nasional di Indonesia.
2). Mengetahui keanekaragaman suku di Indonesia di Indonesia .
3).Mengetahui masalah serta solusi untuk menyelesaikan perpecahan antar suku di
Indonesia
2. Manfaat
Makalah ini akan sangat bermanfaat bagi pemerhati perkembangan karakter bangsa Indonesia sehingga dapat mengupayakan pembangunan karakter yang sesuai dengan tujuan utama, yaitu bukan hanya pembangunan fisik tapi juga mental serta rohani agar tidak ada permusuhan diantara anggota masyarakat, baik karena perbedaan maupun perselisihan.
D. Prosedur Pemecahan Masalah
Masalah yang telah dikemukakan di atas akan diselesaikan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan teori dan praktis, secara teori akan menggunakan kajian-kajian pustaka yang relevan, hasil-hasil penelitian, dan makalah, sedangkan secara praktis dengan menggunakan data-data yang tersedia di lapangan.
E. Sistematika Penulisan
Berangkat dari permasalahan yang ada maka sistematika penulisan dalam makalah ini adalah:
A. Kaitan Character Building dengan nation building
1. Personal Character Building
2. Community Character Building
3. Nation Character Building
B. Keanekaragaman Suku di Indonesia
C. Perpecahan Suku di Indonesia dan Cara Menangani Konflik Suku di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etnisitas adalah pembagian kelompok berdasar ciri-ciri yang sama dalam hal budaya
dan genetis serta bertindak berdasarkan pattern yang sama.
Pada dasarnya suatu kelompok etnis mempunyais sedikitnya enam sifat sbb.:
1.Mempunyai nama yang unik yang merujuk pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya Nasution, Saragih, Sitorus (Batak). Atau Pardi, Paimo, Parjo (Jawa).
2.Mempunyai keyakinan akan asal-asul nenek moyang, meski hal itu bisa jadi mitos. Misal orang Jawa merasa keturunan dari Semar.
3.Sebuah kelompok mempunyai ingatan historis yang sama. Misalnya Orang Sunda merasa tidak cocok dengan orang Jawa karena dahulu Kerajaan Majapahit (jawa) pernah terlibat bentrok dengan kerajaan Padjajaran (Sunda).
4.Sebuah Kelompok mempunyai anasir budaya-agama yang sama. Meski orang Jawa timur dan Jawa tengah berdeda dialek, tapi umumnya mereka islam dan dulunya menggunakan akasara yang sama (aksara jawa).
5.Sebuah Kelompok mempunyai ikatan pada tanah leluhur. Meski, mereka lahir dan besar di tempat lain. Misalnya orang batak yang lahir dan besar di Jakarta, merasa harus pulang kampung ke Tanah Toba karna merasa itulah tanah leluluhurnya.
6.Memiliki ikatan solidaritas yang kuat antar anggota kelompok. Misalnya orang tukang jamu dari Wonogiri (jawa) biasanya mereka saling membantu meski pekerjaan mereka sama-sama tukang jamu. Mereka akan saling berbagi dan saling tolong-menolong sebagai sesama tukang jamu dan sesama warga Wonogiri.
Dalam beberapa hal, masalah pekerjaan kadangkala juga merujuk pada identitas etnisitas tertentu. Misalnya, tukang kredit keliling di Jakarta umumnya orang Garut atau Batak
definisi pembangunan menurut beberapa ahli :
1.Johan Galtung
Pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individuao maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam.
2.Mappadjantji amien
Pembangunan adalah proses yang bersifat evolutif, adaptif, dan partisipatif
3.Jakob Oetama
Pembangunan adalah usaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses pembangunan terdapat unsur heroisme, unsur konflik, unsur frustasi, unsur romantik, dan unsur manusiawi yang mendalam.
4.Mohammad Ali
Pembangunan adalah segala upaya yang dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas manusia.
5.Goulet
Pembangunan adalah sebuah skandal, suatu campuran yang sangat mendua dari baik dan jahat, suatu proses yang benar-benar dialektis.
6.Benny H.Hoed
Pembangunan adalah upaya sistematis melepaskan diri dari keterbelakangan dan upaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
7.The quest for political development
Pembangunan ialah suatu lingkaran yang tidak berkeputusan, tanpa sepadan yang jelas diantara lembaran budaya, sosial, ekonomi, dan politik.
8.A. Sonny keraf
Pembangunan adalah implementasi aspirasi dan kehendak masyarakat demi kepentingan masyarakat.
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ini menghendaki keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Hal ini perlu dillaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmurt berdasarkan pancasila untuk mecapai kesejahteraan bagi setiap warga Indonesia.. pembangunaan harus dilaksanakan oleh pemerintah indonesia pada saat ini meliputi berbagai bidang, yaitu :bidang politik,ekonomi,sosial budaya,dan pertahanan keamanan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kaitan Character Building dengan Nation Building
Character Building merupakan modal dasar nation building. character building yang dimaksud di sini tidak sekedar seperti apa yang diajarkan di sekolah maupun kampus saja, tapi meliputi berbagai aspek kehidupan dan berbagai elemen masyarakat yang ada.
pendidikan character building dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Personal Character Building
Pembangunan karakter ini bersifat individu, yaitu berbagai nilai dan perilaku yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang dan menjadi ciri khas kepribadiannya. Elemen-elemen karakter individu ini meliputi:
a. Keimanan/keyakinan
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh karena itu, setiap warga negara seharusnya memiliki keimanan yang kuat dan mau menjalankan perintah agamanya masing-masing secara baik dan konsisten. Orang yang beriman akan selalu takut kepada Tuhan dan berusaha untuk berbuat baik kepada sesama. Ia tidak akan mau melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat murka Tuhan maupun yang merugikan orang lain.
Oleh karena itu, pendidikan agama sangatlah penting. Sekalipun demikian, masih banyak para orang tua yang menyerahkan pendidikan agama anak-anaknya ke sekolah, pesantren, masjid atau lembaga pendidikan lainnya. Padahal, penanaman nilai-nilai keimanan dan pokok-pokok agama harus diterapkan sejak dini di dalam keluarga. Orang tua memegang peran dan tanggung jawab utama dalam hal ini.
Kita lihat saja, terutama di sekolah-sekolah umum, persentase pendidikan agama kecil sekali, bahkan hanya dua jam pelajaran dalam seminggu. Itupun lebih cenderung bersifat kognitif semata. Selain itu, jika orang tua tidak berhati-hati, tak jarang anaknya belajar agama secara salah dan masuk dalam perangkap ajaran sesat.
Peranan agama dalam pendidikan karakter individu sangatlah besar. Beragama secara baik akan membuahkan perilaku yang baik pula. Keimanan akan dijadikan dasar dalam setiap langkah dan perbuatan. Penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk karakter individu dalam berbagai aspek. Inilah dasar pokok yang harus dimiliki oleh setiap orang di negeri ini.
Jika setiap orang telah memiliki iman yang kuat dan pengamalan ajaran agama secara baik, ia tidak mungkin akan melakukan perbuatan-perbuatan seperti menyakiti orang lain, menyebar isu, memprovokasi dan memfitnah, ikut ajaran sesat, korupsi dan mencuri, malas bekerja, tidak toleran, berbuat jahat dan lain sebagainya.
b. Kejujuran
Setelah keimanan, elemen berikutnya yang tak kalah pentingnya adalah nilai kejujuran, yang merupakan representasi dari keimanan itu sendiri. Di zaman sekarang ini, mungkin kejujuran adalah barang langka. Banyak sekali orang yang pintar, tapi sangat sedikit orang yang jujur. Mudah sekali menemukan orang yang pintar, tapi sangat sulit menemukan orang yang jujur. Walau pada kenyataannya masih cukup banyak orang jujur di Indonesia ini, tapi mereka tak berdaya menghadapi kelompok kecil manusia yang korup dan punya kekuasaan.
Kita seharusnya malu menjadi bangsa yang suka mengklaim sebagai negara yang penduduknya agamis, sementara para praktik kehidupan sehari-hari kita tidak memiliki kejujuran. Di satu sisi kita mengaku beriman, kita melaksanakan shalat, tapi di sisi lain kita juga melakukan korupsi, menipu, berbohong, bersumpah palsu, merekayasa dan sejenisnya. Seakan-akan agama hanyalah simbol semata, seakan-akan shalatnya hanyalah pura-pura belaka.
Orang rela berkata dan berbuat tidak jujur hanya demi meraih kekuasaan dan kekayaan. Orang rela berbohong dan bersumpah palsu demi terbebas dari jeratan hukum dan pengadilan. Orang bersedia merekayasa fakta dan data demi tercapainya kepentingan pribadi dan golongan.
Di abad informasi seperti sekarang ini, kejujuran dalam hal berita dan tulisan juga sangat penting. Masih banyak kita temui informasi yang menyesatkan, berita yang membingungkan dan tidak jelas, berita yang tidak jujur dan fair. Bahkan, tak jarang penulis yang berbuat curang dan culas demi sebuah ketenaran, seperti plagiat, menjiplak, atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya sendiri.
Satu-satunya cara untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran pada individu adalah memberikan pemahaman agama yang baik dan benar. Orang yang takut pada Tuhan, otomatis takut juga untuk berbuat tidak jujur. Orang yang percaya pada hari akhirat, ia juga percaya bahwa setiap perbuatan – sekecil apapun – akan mendapatkan balasan setimpal. Orang yang beriman akan yakin bahwa setiap ketidakjujuran, akibatnya akan kembali pada diri sendiri.
c. Kerja Keras
Setelah keimanan dan kejujuran, elemen penting dari karakter pribadi yang perlu dibangun adalah kerja keras. Inilah karakter yang mulai menurun pada bangsa ini, terlebih yang terjadi pada para pejabat dan pegawai. Sebagian dari mereka memilih “kerja pintas” untuk meraih kesuksesan dan kekayaan. Inilah yang membuat mereka melakukan korupsi, penyelengan dan penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, rekayasa dan semacamnya. Mereka lupa bahwa untuk memperoleh sesuatu harus melalui kerja keras dan perjuangan. Tidak ada yang instan di dunia ini.
Selain itu, tidak adanya karakter kerja keras juga menimpa rakyat jelata kita. Mereka tetap dalam kemiskinan, mereka tetap dalam kebodohan, mereka tetap terbelakang, karena mereka tidak mau berusaha mengubah hidup mereka. Akibatnya, kondisi itu merangsang mereka untuk berbuat kejahatan, seperti mencuri, merampok, menjarah, membunuh, menjadi gelandangan, menjadi pengemis, menjadi pekerja seks dan penyakit sosial lainnya. Bagaimana mungkin mereka akan andil dalam pembangunan bangsa, sementara memenuhi kebutuhan primer saja mereka belum mampu.
d. Kemandirian
Kemandirian juga termasuk karakter individu yang penting untuk membangun bangsa. Karakter ini seharunya dibentuk sejak kecil dan dimulai dari keluarga. Mulai dari hal-hal sepele, seperti mencuci pakaian sendiri, menyiapkan kebutuhan sekolah sendiri, hingga perilaku kreatif, seperti kemampuan mencipta atau membuat barang/produk, berlatih mencari penghasilan sendiri dan sebagainya.
Begitu pula dengan kondisi lapangan kerja yang sulit seperti sekarang ini, maka seseorang dituntut untuk bisa mandiri, dalam arti mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Tidak hanya mengharap pada pemerintah untuk membuka lapangan kerja atau malah pasrah dengan keadaan.
Sedangkan secara nasional, kemandirian dapat diartikan kemampuan negara untuk berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada negara lain. Jika hal ini bisa dilakukan, tidak akan ada lagi istilah hutang ke IMF, hutang ke Bank Dunia atau hutang yang diwariskan ke anak-cucu generasi bangsa.
2. Community Character Building
Kita hidup dalam masyarakat (komunitas) yang heterogen. Berbeda agama, suku bangsa, bahasa, adat-istiadat, budaya, pendidikan, sejarah dan sebagainya. Agar kehidupan bisa berjalan dengan baik dan rukun, maka setiap kelompok atau golongan harus memiliki karakter sebagai berikut:
a. Saling Menghormati dan Menghargai
Inilah karakter penting yang harus ditumbuhkembangkan dalam masyarakat yang plural. Timbulnya berbagai konflik dan gesekan biasanya berakar dari tiadanya sikap saling hormat-menghormati dan menghargai antarkelompok dan golongan yang ada. Hindari juga sikap fanatisme golongan, merasa paling baik, merasa lebih tinggi dari yang lain, merasa mayoritas dan berbagai sikap lainnya yang bisa memicu pertentangan.
b. Sikap Toleransi
Ini juga termasuk karakter yang mulai pudar dalam masyarakat kita. Sebagian dari kita tidak menyadari bahwa kita hidup dalam masyarakat yang majemuk. Masing-masing kelompok dan golongan tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Kita tidak boleh memaksakan keinginan dan kehendak kita kepada kelompok lainnya. Wujud dari sikap toleransi adalah kita memberikan kebebasan kepada orang atau golongan lain untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka, serta memberi ruang kepada etnik lain untuk melakukan ritual budaya dan tradisi leluhur mereka . Kasus penutupan atau penyerangan gereja, bentrokan fisik dengan warga Ahmadiyah adalah contoh tidak adanya sikap toleransi dalam masyarakat kita.
c. Saling Bekerjasama dan Tolong-Menolong
Untuk mencapai tujuan bersama, diperlukan kerjasama dan tolong-menolong antarkelompok masyarakat yang ada. Kita tidak mungkin meraih kesejahteraan dan kemakmuran jika harus berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing kelompok memiliki kelebihan dan kekurangannya. Untuk itulah, semua potensi yang ada perlu disatu-padukan agar terbentuk kekuatan baru dalam pembangunan.
Jika ketiga karakter bermasyarakat di atas bisa terlaksana dengan baik, maka akan terwujud sebuah masyarakat yang damai, tenang, aman, adil dan rukun.
3. Nation Character Building
Setelah setiap orang memiliki karakter individu seperti telah diuraikan di atas, demikian halnya setiap kelompok yang ada dalam masyarakat juga telah menunjukkan karakter komunitasnya, maka tidaklah sulit untuk mewujudkan pendidikan karakter bangsa (nation character building). Maka selanjutnya, secara nasional, karakter yang harus dibangun adalah:
a. Jiwa Persatuan dan Kesatuan
Indonesia terdiri dari berbagai agama, suku bangsa, bahasa, adat-istiadat dan budaya. Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan bangsa perlu dijaga dan dilestarikan. Setiap elemen bangsa perlu menyadari arti pentingnya Bhinneka Tunggal Ika, termasuk menjalankan isi Sumpah Pemuda dalam kehidupan berbanga dan bernegara. Kita lebih mengedepankan semangat keindonesiaan daripada semangat kelompok atau golongan.
Jika kita bersatu, maka kita akan kuat dan kokoh. Jika kita bersatu, maka berbagai permasalahan bangsa akan dengan mudah diatasi. Tidak akan ada lagi perpecahan dan permusuhan, tidak ada lagi separatisme atau yang hendak merdeka dan mendirikan negara sendiri. Konflik di Maluku dan Papua akhir-akhir ini menunjukkan bahwa jiwa persatuan dan kesatuan kita belumlah tertanam dengan baik dan menjadi karakter setiap elemen bangsa.
b. Merasa Senasib dan Sepenanggungan
Pengalaman dijajah oleh beberapa bangsa Eropa dan Asia Timur, membuat kita merasa senasib dan sepenanggungan. Kita adalah bersaudara. Untuk itu, kita perlu bahu-membahu dan berjuang demi tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia dan demi terlaksananya pembangunan nasional yang berkelanjutan.
B. Keanekaragaman Suku di Indonesia
Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Tentunya banyak sekali perbedaan yang ada. Ada yang berbeda warna kulit, bentuk fisik, dan budayanya. Perbedaan jangan dipermasalahkan. Justru dengan adanya perbedaan tersebut, kita jadikan suatu kekayaan sehingga tercipta suasana yang aman, tenteram, dan harmonis. Sikap menghormati adalah sikap menghargai dan mengakui keberadaan harkat dan martabat manusia meski berbeda-beda suku bangsa. “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat pada pita Burung Garuda Pancasila lambang Negara Indonesia mengandung arti “Berbeda-beda, tetapi tetap satu jua.” Ada juga semboyan yang menyatakan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Makna dari semboyan tersebut adalah supaya kita bersatu padu menghalau semua ancaman yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa kita. Dalam sejarah, bangsa kita telah berhasil mengusir penjajah dari bumi Nusantara karena adanya persatuan dan kesatuan para pemuda dari seluruh Nusantara.
Contoh sikap menghormati, di antaranya tidak merendahkan suku bangsa lain, menghargai suku bangsa lain, dan mengakui keberadaan suku bangsa lain, serta tidak mengusik perbedaan antarsuku bangsa. Manfaat sikap menghormati antarsuku bangsa adalah sebagai berikut. 1. Tercipta kehidupan yang rukun dan damai. 2. Merasa aman tinggal di negara Indonesia. 3. Rasa persatuan dan kesatuan meningkat. 4. Tidak mudah terpecah belah oleh pihak lain. Akibat tidak menghormati antarsuku bangsa adalah sebagai berikut. 1. Tidak ada keamanan dan kedamaian. 2. Timbul perpecahan dan permusuhan. 3. Tidak ada persatuan dan kesatuan. 4. Mudah terpecah belah. Dengan kita saling menghormati suku bangsa lain, maka kita dapat hidup damai, tenteram secara berdampingan tanpa mempersoalkan perbedaan dari mana kita berasal.
Keanekaragaman suku bangsa tentu juga menjadikan beranekaragamnya budaya yang ada. Setiap suku bangsa memiliki budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Keragaman suku bangsa yang kita miliki merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya dan dapat memperkokoh persatuan bangsa. Hal ini merupakan kekuatan untuk membangun bangsa menjadi bangsa yang besar. Kita tidak boleh membeda-bedakan suku bangsa yang dapat mengakibatkan perselisihan dan kekacauan bangsa kita.
Bentuk keragaman budaya di Indonesia, di antaranya sebagai berikut:
1. Bahasa Daerah Setiap suku bangsa, memiliki bahasa sendiri. Contoh: bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, bahasa Bali, dan bahasa Banjar.
2. Adat Istiadat Adat istiadat meliputi tata cara dalam upacara perkawinan, upacara keagamaan, kematian, kebiasaan, dan pakaian adat.
3. Kesenian Daerah Kesenian daerah, meliputi seni tari, rumah adat, lagu daerah, seni musik dan alat musik daerah, cerita rakyat, serta seni pertunjukan daerah.
4. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan meliputi sebagai berikut:
1) Sistem keturunan menurut garis ayah (patrilineal), di antaranya Batak, Bali, dan Papua.
2) Sistem keturunan menurut garis ibu (matrilineal), di antaranya suku Minangkabau.
3) Sistem keturunan menurut garis ayah dan ibu (bilateral).
C. Perpecahan Suku di Indonesia dan Cara Menangani nya
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beribu banyak suku yang setiap waktu melakukan mobilitas untuk bertahan hidup dalam kehidupan sesungguhnya. Dari banyaknya keragaman etnis atau suku di indonesia ini tak jarang dan sering kali terjadi konflik antar suku, baik dari perbedaan budaya, dan bahkan kebiasaan sehari hari antar suku tersebut yang sering kali di salah artikan suku lain dan kurang menghormati budaya suku lain yang sering kali memicu terjadinya konflik.
Pemicu dari konflik yang disebabkan perbedaan budaya tersebut contohnya yang terjadi beberapa tahun silam di daerah kalimantan, terutama Kalimantan Tengah . konflik ini menyebabkan dari kedua suku yaitu Suku Dayak Kalimantan dan Suku Madura. Hal ini menurut isu yang beredar disebabkan karena ketidak sepahaman antar suku sehingga menimbulkan konflik yang berdampak kisah tragis di dalamnya. Banyak ribuan nyawa tidak berdosa harus menanggung akibat dari ketidaksepahaman ini. Masing-masing Suku dalam penggunaan budaya tersebut adalah untuk menginterpretasi dari gejala-gejala yang ada dalam benak mereka sendiri, dan mereka menggunakan kebudayaan tersebut sebagai atribut untuk identitas diri mereka yang berbeda satu dengan yang lainya.
Konflik antar suku antara Suku Dayak dengan Suku Madura ini dilatar belakangi oleh kesalah pahaman dan juga ketidak harmonisan antar suku yang di timbulkan oleh salah satu suku yang mempunyai keinginan untuk saling menguasai tanpa memperdulikan dan tidak menghargai kebudayaan suku lain. Terjadinya tindakan yang merugikan salah satu suku sehingga suku yang dirugikan juga tidak terima atas perlakuan Suku lain yang merugikan dan ingin menjajah tanah kelahiran suku mereka. Disini Suku yang merasa di rugikan adalah suku dayak, suku madura yang sebagai pendatang bertindak anarkis dan bersifat ingin menguasai tanah suku dayak, banyak sekali pelanggaran pelanggaran yang di langgar oleh suku madura terhadap suku dayak. Ketidak adilan, tidak menghargai budaya suku dayak dan ingin menjajah. Suku dayak yang tidak terima atas pelakuan suku madura menjadi geram dan bertindak untuk melawan, darisinilah timbul perpecahan dan konflik antar suku berlangsung.
Pemerintah perlu memberikan suatu pemahaman terhadap kedua belah pihak yang terlibat konflik dengan cara memberikan pengakuan dan pemahaman bahwa mereka kedua belah pihak yang berseteru tersebut adalah suatu suku bangsa yang sederajat, memberikan pemahaman untuk membuat suatu suku bangsa untuk saling memahami dan berupaya untuk mentaati norma norma yang berlaku dikalangan masyarakat. Mengadakan kesediaan bagi kedua belah pihak yang berseteru untuk saling memaafkan, melupakan kejadian yang sudah berlalu dan hidup berdampingan dengan keharmonisan dengan landasan sebagai bangsa yang satu, yaitu sebagai bangsa Indonesia.
Selain solusi diatas, Ada beberapa cara lagi yang dapat dilakukan untuk penyelesaian konflik tersebut, yaitu :
1. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga dalam
hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak dengan memberikan sanksi yang tegas apabila. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal.
2. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat.
3. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama..
4. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur .
5. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan dengan mengutamakan sisi keadilan dan tidak memihak kepada siapapun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembangunan merupakan usaha sadar yang perlu dilakukan untuk mengubah nasib.
2. Pembangunan yang di laksanakan di indonesia itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah atau kepuasan batiniah saja tetapi juga bertujuan mencapai keseimbangan antara keduanya. Sasaran pembangunan itu bukan saja pembangunan fisik, seperti jembatan, jalan, gedung, pabrik, atau pertanian melainkan juga pembangunan mental spritual, moral. Kehidupan beragama, dll.Sasarannya ialah juga menghormati orang lain, suka menolong, bekerja keras, menghargai karya prang lain, dan cinta kepada kemajuan merupakan sarana untukmencapai kehidupan rakyat indonesia yang adil dan makmur.
3. Dalam konteks yang luas, masalah character building masih merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua masalah di negeri ini; korupsi, lemahnya penegakan hukum dan HAM, konflik agama dan suku, disintegrasi bangsa, kekerasan dan terorisme, kemiskinan dan pengangguran, kasus kejahatan dan masih banyak lagi adalah lahir dari tidak adanya watak yang jelas dan kokoh dalam diri kita.
4. Etnisitas adalah pembagian kelompok berdasar ciri-ciri yang sama dalam halbudaya dan genetis serta bertindak berdasarkan pattern yang sama.
5. keragaman etnis atau suku di indonesia tak jarang dan sering kali menyebabkan konflik antar suku, baik dari perbedaan budaya, dan bahkan kebiasaan sehari hari antar suku tersebut yang sering kali di salah artikan suku lain dan kurang menghormati budaya suku lain yang sering kali memicu terjadinya konflik.
6. Upaya menaggulangi konflik antar sukubangsa dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembenahan pada aspek individu pihak-pihak yang terlibat konflik melalui pemberian pemahaman dan pembinaan mental secara konsisten dan berkesinambungan. Hal ini bisa menimbulkan efek persatuan antar suku bangsa dan mengurangi terjadinya konflik antar suku bangsa di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah dasim. 1994. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.Bandung: CV.EpsilonGrup Bandung
Komaludin Djenal. 1987. Pendidikan Moral Pancasila.Bandung: Angkasa
Sukadi. 2003. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Ganeca Exact
http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2248406-pengertian-etnisitas/
http://setabasri01.blogspot.com/2012/06/konflik-konflik-horizontal-di-indonesia.html
http://www.nu.or.id/a,publicm,dinamics,detailids,6id,38282lang,idc,taushiyah,Islam+Sebagai+Sarana+Character+Building-.phpx
http://paramadina.wordpress.com/2007/03/04/character-building-dan-pendidikan-kita/
http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/05/upaya-membangun-karakter-character-building/






0 komentar:
Posting Komentar
wanna give your precious comment? :)